Minggu, 11 Agustus 2013

The Power of Forgiveness – Dulu dan Sekarang


Assalaamu’alaikum..
Sahabat, kali ini insya Allah saya akan membahas tentang salah satu 7 karakter powerful Nabi Muhammad SAW, seperti blog saya sebelumnya. Yup, masih dari sumber buku yang sama, yaitu “Powerful Muhammad SAW, 7 sebab yang jarang diungkap dari pengaruh luar biasa seorang Muhammad SAW” karya M. Sonny Sandhy.

Jika sebelumnya kita membahas tentang menjadi pendengar yang baik, maka sifat yang akan dibahas kali ini adalah bahwa Nabi Muhammad SAW selalu memaafkan orang lain terlebih dahulu. Beliau tidak pernah menaruh dendam pada orang yang menyakitinya.
Sebut saja pada peristiwa Fathu Makkah. Dimana, saat itu kaum kafir Quraisy sudah ketakutan akan pembalasan apa nih, yang kira-kira akan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Tapi ternyata, setibanya Nabi di Makkah, Nabi malah menyebarkan rahmat dan cinta kasih kepada orang Mekkah yang selama ini memusuhinya dan ingin menhancurkannya. Pada saat itu Rasulullah SAW memaafkan mereka semua seraya berkata: “Siapa yang masuk ke dalam Masjidil Haram dia selamat. Dan siapa yang masuk ke dalam rumah Abu Sufyan dia juga selamat.”

Hal serupa dapat juga kita temui pada kisah penduduk Thaif. Ketika Nabi Muhammad SAW dilempari batu oleh penduduk Thaif, Nabi hanya mengatakan, “Sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti..”, dan ketika malaikat menawarkan untuk mengubur penduduk Thaif dengan gunung, beliau menolak. Beliau malah mendoakan, “Semoga akan lahir anak keturunan mereka yang menyembah Allah...”.
Nah, ternyata memaafkan yang dicontohkan Nabi ini benar2 memiliki power yang luaar biasa dalam hidup kita! Tak pandang manusia itu agamanya apa, bangsanya apa, sukunya apa.. Gak percaya? Let’s check this out!

Sahabat-sahabat, semalam baru saja saya menonton “Mario Teguh Golden Ways”. Di edisi kemarin, pak Mario membawa tema “menjadi manusia bernilai”. Menjelang sesi akhir, beliau menampilkan sebuah video. 

Apa isi videonya?
Dikisahkan dalam video tersebut, seorang lelaki yang mendapatkan hukuman penjara karena kasus pembunuhan. Malam itu ia sedang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Walhasil, ia menabrak dua orang perempuan hingga tewas. Akibat peristiwa inilah, ia dihukum penjara selama 20 tahun. Kedua orangtua dari masing-masing korban pun merasa puas karena menurutnya, hukum sudah berjalan dengan sangat adil pada si lelaki. Namun, tiba-tiba kabar baik muncul. Sang lelaki dikabarkan bahwa hukumannya dipotong sampai setengahnya! Ya, lama waktu hukumannya berkurang menjadi 10 tahun saja. Tentu saja hal itu mengagetkan si lelaki, walaupun tentu ia sangat senang mendengarnya. Lalu, siapakah gerangan yang mengajukan pemotongan lama hukuman itu?

Tak lain tak bukan adalah orangtua dari korban. Ajaib, Ibu anak itu berkata, “aku telah memaafkannya.”
Jika kita hanya mendengar satu kalimat itu, mungkin menurut kita itu biasa. Tapi lihat kemudian alasan dan efek yang terjadi setelah ia memaafkan (kata-kata udah diedit, tapi intinya sama):
“Awalnya memang saya sangat marah dengannya. Tapi setelah saya pikir, menyimpan marah dan dendam di hati ini tidak akan mengubah apa yang telah terjadi. Yang rugi adalah diriku sendiri, karena seumur hidup sampai aku mati nanti yang tersisa hanyalah perasaan benci, marah, yang sangat tidak nyaman. Malah setelah aku memaafkannya, aku lega. Hidupku terasa nyaman, dan tak ada perasaan yang tertahan.”

Dan tahukah kau kawan? Kini, ibu korban dan si lelaki itu bekerja sama untuk mengisi acara-acara seminar di sekolah. Seminar tentang apa? Seminar tentang ‘Bahaya Mengendarai Mobil dalam Keadaan Mabuk’.
Si lelaki yang telah dimaafkan merasa senang, dan ia kini benar-benar mengakui kesalahannya dulu dan meminta maaf pada ibu korban. Sekarang, sejalan dengan ibu korban, ia pun tak ingin ada kejadian serupa yang terulang. Itulah yang kemudian memotivasinya untuk tetap mengisi seminar dari sekolah ke sekolah bersama sang ibu korban. Subhaanallaah!
Yang awalnya saling benci dan bermusuhan, kini berbalik menjadi kawan seperjuangan dalam menyebarkan kebaikan!!!

Kawanku, ini terjadi di barat sana. Saya memang tidak tahu beliau berdua Muslim atau bukan, karena dalam video memang tidak ditunjukkan identitas agamanya. Namun, yang bisa kita ambil adalah betapa sikap memaafkan terlebih dahulu itu sungguh mulia, serta mempunyai power kebaikan yang sangaaat kuat baik untuk yang memaafkan atau pun yang dimaafkan! Bayangkan, bayangkan, jika seluruh manusia di dunia ini terbiasa bersikap seperti ini. Insya Allah, dunia akan damai sentausa. Dan satu hal yang mendasar yang ditunjukkan dari bukti ini adalah, sikap memaafkan ini menunjukkan fitrahnya manusia. Bahwa pada dasarnya manusia itu baik, tidak tahan dengan yang namanya kejahatan. Maka normal sekali kalau orang yang saling bertengkar dan membenci, pasti tidak akan tenang hidupnya. Karena di dalam lubuk hatinya, ia saaangat tidak menginginkannya.

Yuk, mari belajar jujur terhadap diri sendiri, bahwa kita tak bisa hidup dengan penuh kebencian :). Mari sama-sama belajar saling memaafkan demi terciptanya kehidupan yang damai, insya Allah :)
Wallaahu a’lam bish-shawaab.
Wassalaamu’alaikum.
"Act what you can act, Allah will do the rest!"

Belajar Bersabar, Belajar Mendengar, Belajar Menyimak :)

Assalaamu’alaikum! J
Kekawan sekalian, beberapa hari kemarin, saya baru selesai membaca buku karya M. Sonny Sandhy yang berjudul Powerful Muhammad SAW (7 Sebab yang Jarang Diungkap dari Pengaruh Luar Biasa Seorang Muhammad SAW).

Buku ini ini mengulas tentang 7 karakter Nabi Besar Muhammad SAW yang membuat dakwah beliau begitu powerful sampai menjadi orang berpengaruh nomor satu di dunia.
Keseluruhan isi buku ini dibagi menjadi 7 bab sesuai masing-masing karakternya. Setiap bab diselingi oleh opini dari para tokoh dunia barat yang mengagumi keluhuran sikap Nabi Muhammad SAW, sebut saja Michael H. Hart, John William Draper, Mahatma Gandhi, David George Hogarth, Washington Irving. Hal ini turut membuktikan bahwa keagungan karakter dan kepribadian Nabi Muhammad SAW memang sudah diakui dunia, tak pandang bangsa dan agamanya.

Nah, salah satu karakter tersebut adalah pendengar yang baik, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Menurut penulis, banyak sekali orang (apalagi Indonesia) yang senang berbicara, ingin didengar dan diperhatikan. Tapi sedikit sekali di antara kita yang mau mendengar perkataan orang lain secara seksama dan penuh simpati, serta tidak memotongnya. Padahal kita semua sudah tahu bahwa kita dianugerahi dua telinga dan (hanya) satu mulut. Dimana itu mengindikasikan bahwa seharusnya kita memang lebih banyak mendengar daripada berbicara. Karena sesungguhnya banyak bicara itu bisa menjadi pintu gerbang kesalahan dan dosa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud r.a., “...Tidak sesuatu pun di dunia ini yang lebih berhak untuk ditahan dalam waktu yang lama daripada lidah.” Ucapan (lidah) kita bila tidak ditahan sangat dapat menjadi pintu bagi kesalahan dan dosa.

Dalam buku ini dicontohkan sikap Rasul sebagai pendengar yang baik adalah ketika Utbah bin Rabi’ah diutus kaum Quraisy untuk bernegosiasi. Rasulullah dengan sabar dan penuh perhatian terus mendengarkan perkataan Utbah hingga ia benar-benar selesai. Bahkan sebelum Nabi memulai perkataannya, ia menanyakan terlebih dahulu pada Utbah, “sudah selesaikah, wahai Abdul Walid?” Ketika berbicara pun, Nabi hanya berbicara seperlunya. Beliau hanya menyebutkan beberapa ayat Al-Qur’an dan meminta Utbah menentukan sikapnya. Di akhir cerita, ketika Utbah menyampaikan apa yang baru terjadi kepada orang2 kafir Quraisy, orang2 kafir tersebut malah berkata, “kau telah disihir oleh perkataannya.”

Sahabat-sahabat, ketika kita menjadi pendengar yang baik, bukan berarti kita diam pasif atau tidak mempunyai sesuatu untuk disampaikan. Justru ketika kita menjadi pendengar yang baik, kita sedang melakukan aktifitas 'diam aktif', dan saat itulah seorang pembicara yang hebat akan lahir. Karena dengan kita mendengarkan lawan bicara dengan penuh perhatian, kita bisa mengenali lebih dalam dan detail tentang bagaimana sebenarnya masalah atau informasi yang ia sampaikan. Lebih jauh lagi kita pun bisa melihat bagaimana kepribadian si lawan bicara. Alhasil, ketika tiba waktunya kita merespon (berbicara), kita bisa sampaikan informasi yang lebih akurat.
Informasi pun kita sampaikan dengan metode dan cara yang tepat, yang dapat diterima dengan mudah oleh si lawan bicara, karena kita sudah tahu kepribadian/sifat lawan bicara kita seperti apa. Dengan menjadi pendengar yang baiklah, kata-kata yang kita ucapkan bisa menjadi lebih powerful dan ngena, tidak asal-asalan, seperti kata-kata Nabi Muhammad SAW yang sangat powerful. Pendengar yang baik juga sudah pasti merupakan pembicara yang baik. Maka dari itu, yuk kita sama-sama belajar dan bersabar untuk menjadi pendengar yang baik J.

Wallaahu a’lam bish-shawaab.
Wassalaamu’alaikum J

Act what you can act, Allah will do the rest”

Senin, 05 Agustus 2013

Jangan mau investasi buat KESEHATAN!

Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Assalaamu'alaikum Sahabat! Semoga selalu dalam keadaan sehat dan penuh keberkahan, Aamiin. Tulisan ini dibuat hanya untuk saling mengingatkan antar manusia (berarti saya juga hehe). Mudah-mudahan setelah baca tulisan ini, ada nilai positif yang bisa sahabat2 ambil. Aamiin. Oke. Capcus..

SREEEENG (Bunyi Tirai dibuka-kayak mau nonton layar lebar-)
**********************
[BUKAN TULISAN ILMIAH]

Sahabat, pernah dengar kata SEHAT?
Apa sih artinya?
Hm, kalau kata salah satu dosen patofisiologi (ilmu yang mempelajari tentang kondisi tubuh saat kondisi abnormal alias sakit, mulai dari awal mula penyakit, proses, sampai akibatnya) di kampus saya, SEHAT itu kondisi seimbang antara MIND, BODY, and SOUL. Itu artinya tubuh dalam keadaan normal. Normal itu gimana? ya normal, tidak ada gangguan dalam sistem dan kerjanya. Kalau bagi teman2 kedokteran atau farmasi atau Biologi, bayangan tentang bagaimana keadaan tubuh yang normal itu bisa dipelajari di mata kuliah Anatomi-Fisiologi Manusia (Anfisman). Eits, tapi bukan hanya tubuh saja loh, sesuai tiga kata tadi, maka pikiran dan jiwa kita pun harus dalam keadaan normal.

WIDII, susah dong ya kalau mau dibilang SEHAT?
Jangan-jangan, kita semua di sini masih tergolong kelompok orang sakit lagi? Tubuh sehat tapi hati galau #ups. Hehe. Bisa jadi-bisa jadi.

Tapi ngomong-ngomong, kenapa sih ujug-ujug saya ngomongin sehat?
Jadi gini, sahabat-sahabatku, hm.. sebenarnya inspirasi tulisan ini datang setelah saya membaca sebuah buku tentang Menikah!

Loh? Kok?
-_-

Jadi mau ngomongin nikah nih?
BUKAN! BUKAAN! (--> game Indonesia Pintar)
Terus mau ngomongin apa?
Sesuai judul, ngomongin KESEHATAN!

Ya! Buku karya teh Foezi Citra (@fufuelmart) dan suami, kang Canun Kamil (@canunkamil); Romantic Couple, Relationship Trainer, yang saya baca ini berjudul "Menikah Itu Mudah" (coba di-googling kalau yang belum tahu).
Lalu apa hubungannya dengan KESEHATAN?
Oh ada.. Di salah satu bab dalam bukunya, dibahas suatu topik tentang kesehatan. Yang dampaknya itu membuat saya merenung lebih lama tentang kebiasaan saya dulu (makanya pas baca bukunya, saya serasa ditampar hehe), dan kebiasaan beberapa teman-teman saya di kampus, Masjid Salman, dan sekitarnya. (Apalagi mengingat saya adalah seorang mahasiswi di bidang kesehatan! Nah Lo... jadi malu plus 'serasa' nambah beban aja). Emang apa sih yang dibahas? Hmm, tentang investasi untuk hidup SEHAT.

Langsung mulai aja ya. Tapi sebelumnya, sisi SEHAT yang mau saya bahas kali ini insya Allah lebih ke sisi BODY, daripada MIND and SOUL. Yuk kita simak! :)
***
Pernah gak sih sahabat sekalian merasa, betapa gagahnya, betapa kuatnya, betapa sehat dan bugaarnya kita di masa muda?

Ya, seperti sekarang ini! Kita masih muda. Masih segaar bugar. Semua aktifitas kita lahap. Ada yang dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam full of activity. Agendanya?
Pertama ikut aktifitas A dari kampus, aktifitas B dari organisasi Z, aktifitas C dari komunitas Y, aktifitas dari tempat kerja paruh waktu, dan seterusnya dan seterusnya.
Itu pas masih kuliah (biasanya para aktifis ya? tapi yang aktifis akademik juga bisa sih kayak gitu-Laboratory Mode On-hehe). Belum lagi kalau sudah kerja. Waah, bisa lebih jontor-jontoran lagi.

Pokoke, Semangat 45 deh menjalani semua aktifitas itu!
Kerja keras, peluh keringat, tulang yang patah gara2 dibanting (kan istilahnya banting tulang ya? #eh hehe --> maaf #salahfokus), udah jadi hal yang biasa. Sampai perut lapar pun terabaikan. Ya, ini niiih masalah yang biasa banget terjadi di kalangan muda mudi. Apalagi usia-usia mahasiswa, yang katanya masa-masanya kelebihan energi.

Makan pagi/siang/malam sering dilewat gitu aja, bablass.. Kadangkala ada teman yang mengingatkan, dijawabnya, "Hehe, gak apa-apa kok. Udah biasa. Di-rapel juga sering, hehe." (Rapel: dua waktu makan digabung ke satu waktu, misal: makan pagi digabung ke makan siang).
Ini mungkin masih mending karena minimal masih ada asupan, nah lo, kalau yang sama sekali gak ada asupan gimana??
"Gue kuat kok! Nih buktinya sehat-sehat aja!"

Ya iya sih.. Masih kuat, ya, memang masih kuat. Kan masih muda juga!
Dan hal seperti itu terus berlanjut, bahkan beranjak jadi sebuah kebiasaan.
Kita teeruus bekerja keras demi mendapatkan kebutuhan kita, impian kita dan capaian lainnya. Tanpa kenal lelah, bahkan tanpa kenal sehat..

Lalu ketika usia tua sudah mulai menyapa, apa yang kita lakukan?
Biasanya, banyak yang ketika sudah tua, kesehatan mulai menurun. Jreng jreng, penyakit-penyakit kecil mulai datang. Dari batuk-batuk kecil, eeh, kok ternyata batuknya jadi sering, tiap hari muncul.. Atau yang tiba-tiba sering jatuh. Lambat laun, ternyata penyakit-penyakit kecil itu, berkembang menjadi sebuah penyakit yang... mematikan. Haduh, Na'udzubillaahimindzaliik..
Kalau sudah seperti itu, ngapain lagi selanjutnya?
Ya, tentu kita akan berusaha mati-matian untuk menyembuhkannya! Dengan cara apa? Oh, banyak cara dong.. Pergi ke dokter, beli obat sana-sini, konsultasi gizi, atau pengobatan tradisional. Gak sembuh? Cari lagi cara laain! Tapi mahal? Biariiin. Keluarin aja semua uang, pokoke papa harus sembuuh!!! (ini lebay, ceritanya ala sinetron hehe).
Yap! Kita bakal banting tulang ngeluarin semua duit, bahkan tabungan kita untuk mengobati sakit tersebut. Harapannya kita bisa segera sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarga dengan tenang.

Hmm, kalau kita pikir-pikir kembali, itu berarti..

di WAKTU MUDA tadi, yang pas semangat-semangatnya kerja+berkarya, sebenarnya kita lagi INVESTASI untuk membiayai SAKIT di masa tua dong??

IYA! Bisa jadi, bisa jadi!
Laah, rugi dong kita?
Rugi banget sih sebenarnya.......

Ya terus gimana?
Nah, maka dari itu, ungkapan, "Mencegah itu lebih baik daripada mengobati" itu bener banget loh, sahabat.
Ketika muda tadi misalkan, mungkin, karena keuangan masih pas-pasan, atau belum punya penghasilan sendiri, itu juga yang menyebabkan kita jadi berhemat super ketat hehehe. Tentunya objek penghematan yang paling oke adalah biaya makan! Gak aneh makanya kalau banyak sekali yang suka rapel waktu makan, atau sama sekali gak makan.

Bahaya gak sih?
Sebenarnya, gak begitu bahaya. Kalau itu tidak menjadi sebuah kebiasaan. Tapi kalau sudah jadi kebiasaan? Ya bahayaaa..
Seminimal-minimalnya, jika sedang tidak puasa/shaum, makanlah. Makannya gak harus nasi kok. Bisa roti atau buah. Atau cukup telor 3 biji digado hehe. Terus harus tiga kali sehari? Iya.. Biasakan tiga kali sehari. Pagi-siang-malam.
Biayanya? Biaya itu sebenarnya bisa ditekan, bisa diakali. Apalagi yang mahasiswa. Waaah, pasti jagonya ini kalau soal penghematan. Bisa dengan mencari tempat yang memang menawarkan biaya paling murah, atau dengan menu kombinasi yang dapat menekan biaya makan secara drastis (hehe). Atau yang paling enak, yaaa... ikut acara, terus cari gratisan!
di ITB contohnya. Kantin yang paling murah di mana?
Kalau setahu saya, hingga sejauh ini, yang paling murah untuk makanan berat ada di kantin Salman ITB. Kalau kita makan di kantin dalam kampus ITB, makanan berat paling murah 6000 (eh atau 7500 ya?). Itu juga kadang bukan paket lengkap, atau ada yang menunya bubur. Atau nasi kuning yang pake kotak plastik tea, harganya 4000-5000an. Cuma kadangkala itu gak bersih dan ada saja yang (maaf) sudah lewat tanggal baiknya.
Kalau di Salman? Wiih, insya Allah kurang dari 5000 kita udah bisa makan lengkap nasi-lauk-sayur. Gak percaya? Ya harus percaya.
Ini salah satu kombinasi menu yang saya coba, dan harganya di bawah 5000! >> Nasi setengah porsi, tempe goreng/mendoan, sayur (sayur sop, pokoknya jangan sayur yang aneh2 hehe).
Kalau gak kenyang gimana? apalagi yang laki2, biasanya kan ngambil nasinya segunung hehe. Ya itu dia, harus dibiasakan agar nasi segitu cukup. Insya Allah cukup kok, karena sebenarnya tubuh kita itu gak terlalu  butuh banyak nasi, kan?? Kalau kebanyakan nasi bisa jadi malah kebanyakan glukosa dan jadi risiko diabetes. Dan hati-hati, akibat lainnya kalau input energi (alias bahan makanan) lebih besar daripada output (energi yang kita keluarkan untuk beraktifitas), ya bisa jadi.. timbunan lemak. Karena energinya gak kepake. Sehat atau gak? Bisa sehat, bisa gak.

Cara lainnya biar tetap sehat, tapi hemat?
Shaum? Bisa jadi kok. Tapi shaumnya kalau bisa memang benar2 diniatkan karena ibadah sunnah ya. jangan hanya karena mentang2 mau hemat uang. dan jangan keseringan juga, sampe setiap harii weekdays gitu..(kecuali  bulan Ramadhan hehe). kalo rutin senin-kamis tiap minggu masih oke kok :)

Sekarang coba kita hitung biaya yang kita keluarkan untuk makan dalam seminggu??
Sampaikah puluhan juta, sahabat??
Saya yakin insya Allah gak. kecuali kalau biaya makannya dihitung untuk 20 tahun. Ya mungkin aja lebih dari puluhan juta hehe.
BANDINGkan dengan biaya yang harus kita keluarkan bila hal itu sudah terlanjur menjadi penyakit. Wih, bisa nyampe puluhan juta itu, apalagi kalau sampai harus operasi dan sebagainya.... See? Insya Allah tidak MAHAL, bila diBANDINGkan dengan akibat yang akan kita dapatkan di hari tua. Gak usah hari tua deh, kita gak pernah tahu loh, mungkin aja masih di usia 20an, penyakit bahaya itu sudah datang.

Contoh lainnya..?
Ini mungkin untuk yang sudah kerja dan punya penghasilan tetap.
Seringkali kita masih meremehkan yang namanya "General Check-Up".
Padahal, dengan melakukan General Check-Up, itu merupakan tindakan preventif kita dari penyakit-penyakit bahaya tadi. Preventif itu apa? Tindakan pencegahan! Ya, dengan melakukan General Check-Up, itu berarti kita sudah melakukan salah satu langkah deteksi dini..Deteksi gejala/tanda-tanda penyakit sejak awal, sebelum ia membesaar, membesaar, dan berrbahaya. Kalau udah tahu sejak si penyakit masih kecil manfaatnya apa? Ya tentu saja kita bisa menjaga si penyakit itu supaya gak makin membesar. Asik aja atau asik banget??
Insya Allah, asik banget!

Sekarang, biaya check-up berapa?
Insya Allah kisarannya ratusan ribu sampai juta (tapi tidak sampai belasan atau puluhan juta).
Mahal? Mungkiin..
Tapi, jika kita BANDINGkan dengan biaya pengobatan penyakit yang sudah membesar??
Biayanya bisa sampai puluhan juta.
Mana yang murah, General Check-Up di masa muda, atau menunggu sampai sakit membesar dan membayar puluhan juta?

you DECIDE!

:)

So, mulai sekarang, gak ada salahnya kita coba LATIH dan BIASAkan untuk mau INVEST hidup SEHAT. Bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan kita kok. Gak perlu yang maksa-maksa juga. Masing-masing dari kita pasti tahu ukuran yang terbaik buat kita, bisa dihitung2 dan dipertimbangkan sendiri.
ya sudah yuk, kita mulai..
Mulai dari hal terkecil.
Mulai dari diri sendiri, gak usah nunggu orang lain ngerjain..
Mulai saat ini juga.
Mulai dengan BASMALAH :)

Cara-cara di atas tadi belum cukup? Tenang, insya Allah, kalau niatnya memang baik, kalau niatnya untuk bersyukur atas nikmat tubuh dan kesehatan ini, akan ada banyak jalan untuk memperjuangkannya.

Seimbangkan juga diri kita dengan aktifitas olah pikir dan olah ruhiyah (MIND and SOUL). Biarkan otak kita dipenuhi pikiran yang positif dan membangun, hindari berpikir negatif. Jadwalkan juga amalan yaumiyah secara rutin, agar diri ini tak pernah lepas dari-Nya.

Demi masa depan yang lebih SEHAT, CERIA, KUAT, so pasti kuat berkarya dan beramal juga, Aamiin...
Siap?
Siiiiap INSYA ALLAH!
:)

Wallahu a'lam bish-showab.
Wassalaamu'alaikum.
*Aliya Nur Zahira* @azahira