Kemarin merupakan salah satu hari yang berkesan buat saya. Pasalnya, Alhamdulillaah, saya berkesempatan untuk pulang ke rumah, bertemu kembali dengan kedua orangtua saya :).
Ada yang berbeda dari perjalanan pulang kali ini. Kali ini saya pulang berdua dengan adik saya, dan kali ini kami tidak langsung pulang ke Serang, melainkan ke Tangerang. Rencana ini dibuat karena kami, bersama kedua orangtua kami, berniat menjenguk adik bungsu kami yang sedang mondok di salah satu ponpes di Tangerang. Akhirnya, berangkatlah kami berdua ke Tangerang.
Sesampainya di sana, kami memutuskan untuk mencari makan siang lebih dulu. Yap, tempat makan siang pun didapat. Selagi menunngu pesanana, Bapak saya pergi ke toko besi yang terletak di seberang tempat makan. Beliau pergi ke sana dengan maksud ingin membeli lem apoksi (maaf ya kalau tulisannya salah). Sepulang dari sana, beliau menceritakan apa yang dialaminya di sana. Beginilah ceritanya...
****
Tadi Bapak mau cari lem apoksi, terus bilang sama mas-nya.., "Mas, ada lem apoksi?".
Si mas-nya kebingungan dan langsung nanya ke engkoh-nya. Si engkohnya geleng-geleng. Mas-nya balik dan bilang ke bapak, "Gak ada, Pak"..
Padahal, waktu itu bapak lihat tuh di rak atas, ada lem apoksi.. Ya udah bapak bilang, "Oooh, gak ada ya mas? Hm, yaudah deh saya ambil lem yang itu aja (sambil nunjuk ke arah lem yang dimaksud)."
Si mas langsung ngambil, dan bilang, "Oooh, 'dexton'"..
Haha, Dexton itu nama merk lemnya, dan padahal jelas di bawah tulisan Dexton itu ada tulisan lem apoksi..
...
(Bapak saya diam sejenak, sambil tersenyum penuh arti).
Itu dia.. kenapa kita memang harus menyampaikan sesuatu sesuai dengan bahasa yang dimengerti sama lawan bicara kita. Karena.. kalau kita memaksakan dengan bahasa atau frame pikiran kita, bakal sulit diterimanya...
****
:)
Hikmah di atas bukan hanya berlaku dalam transaksi jual beli tentunya. Dalam setiap hal, termasuk mengajarkan seseorang atau menyampaikan suatu pesan kebaikan pada orang lain pun begitu. Akan lebih mudah menyampaikan pesan kebaikan tersebut bila kita menggunakan bahasa yang biasa mereka pakai.
Contoh praktisnya adalah, bila kita ingin menyampaikan materi farmasi atau penyuluhan kesehatan (misalkan) yang punya banyak istilah asing kepada masyarakat awam, tentunya bukan istilah asing tersebut yang kita sampaikan. Seperti halnya istilah hipoksia.. Tak mungkin kita sampaikan, "Ya bapak,ibu, jadi kalau bapak ibu kurang makan makanan X, nanti darah bapak Ibu hipoksia looh.." Waah bisa jadi bapak ibu peserta penyuluhannya kebingungan, ngantuk, terus ngabur.. Tentu bahasanya bisa kita sesuaikan menjadi, "Ya bapak,ibu, jadi kalau bapak ibu kurang makan makanan X, nanti darah bapak Ibu kekurangan oksigen looh..". Begitu contohnya.. Tentu sahabat2 tahu sendiri istilah istilah asing di bidang sahabat masing-masing yang perlu disesuaikan dengan bahasa penerimanya.
Begitu pun dengan istilah Agama yang tidak semua orang paham.
Hehe, ternyata sahabat, dari kejadian kecil yang terjadi di kehidupan sekitar kita, ada banyaak sekali pembelajaran hidup yang bisa kita dapatkan, yang gak kita dapatkan di sekolah formal.
Sip, sip, semoga bermanfaat! Semoga kita bisa jadi penyampai pesan kebaikan yang cerdas dan adaptif dengan si penerima pesan kita :)
Wassalaamu'alaykum.
Ada yang berbeda dari perjalanan pulang kali ini. Kali ini saya pulang berdua dengan adik saya, dan kali ini kami tidak langsung pulang ke Serang, melainkan ke Tangerang. Rencana ini dibuat karena kami, bersama kedua orangtua kami, berniat menjenguk adik bungsu kami yang sedang mondok di salah satu ponpes di Tangerang. Akhirnya, berangkatlah kami berdua ke Tangerang.
Sesampainya di sana, kami memutuskan untuk mencari makan siang lebih dulu. Yap, tempat makan siang pun didapat. Selagi menunngu pesanana, Bapak saya pergi ke toko besi yang terletak di seberang tempat makan. Beliau pergi ke sana dengan maksud ingin membeli lem apoksi (maaf ya kalau tulisannya salah). Sepulang dari sana, beliau menceritakan apa yang dialaminya di sana. Beginilah ceritanya...
****
Tadi Bapak mau cari lem apoksi, terus bilang sama mas-nya.., "Mas, ada lem apoksi?".
Si mas-nya kebingungan dan langsung nanya ke engkoh-nya. Si engkohnya geleng-geleng. Mas-nya balik dan bilang ke bapak, "Gak ada, Pak"..
Padahal, waktu itu bapak lihat tuh di rak atas, ada lem apoksi.. Ya udah bapak bilang, "Oooh, gak ada ya mas? Hm, yaudah deh saya ambil lem yang itu aja (sambil nunjuk ke arah lem yang dimaksud)."
Si mas langsung ngambil, dan bilang, "Oooh, 'dexton'"..
Haha, Dexton itu nama merk lemnya, dan padahal jelas di bawah tulisan Dexton itu ada tulisan lem apoksi..
...
(Bapak saya diam sejenak, sambil tersenyum penuh arti).
Itu dia.. kenapa kita memang harus menyampaikan sesuatu sesuai dengan bahasa yang dimengerti sama lawan bicara kita. Karena.. kalau kita memaksakan dengan bahasa atau frame pikiran kita, bakal sulit diterimanya...
****
:)
Hikmah di atas bukan hanya berlaku dalam transaksi jual beli tentunya. Dalam setiap hal, termasuk mengajarkan seseorang atau menyampaikan suatu pesan kebaikan pada orang lain pun begitu. Akan lebih mudah menyampaikan pesan kebaikan tersebut bila kita menggunakan bahasa yang biasa mereka pakai.
Contoh praktisnya adalah, bila kita ingin menyampaikan materi farmasi atau penyuluhan kesehatan (misalkan) yang punya banyak istilah asing kepada masyarakat awam, tentunya bukan istilah asing tersebut yang kita sampaikan. Seperti halnya istilah hipoksia.. Tak mungkin kita sampaikan, "Ya bapak,ibu, jadi kalau bapak ibu kurang makan makanan X, nanti darah bapak Ibu hipoksia looh.." Waah bisa jadi bapak ibu peserta penyuluhannya kebingungan, ngantuk, terus ngabur.. Tentu bahasanya bisa kita sesuaikan menjadi, "Ya bapak,ibu, jadi kalau bapak ibu kurang makan makanan X, nanti darah bapak Ibu kekurangan oksigen looh..". Begitu contohnya.. Tentu sahabat2 tahu sendiri istilah istilah asing di bidang sahabat masing-masing yang perlu disesuaikan dengan bahasa penerimanya.
Begitu pun dengan istilah Agama yang tidak semua orang paham.
Hehe, ternyata sahabat, dari kejadian kecil yang terjadi di kehidupan sekitar kita, ada banyaak sekali pembelajaran hidup yang bisa kita dapatkan, yang gak kita dapatkan di sekolah formal.
Sip, sip, semoga bermanfaat! Semoga kita bisa jadi penyampai pesan kebaikan yang cerdas dan adaptif dengan si penerima pesan kita :)
Wassalaamu'alaykum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar